Wednesday, 20 November 2013

Senja Yang Tertinggal

Ruang-ruang terkosong,
Sunyi, sepi, sendiri.
Seolah semuanya cepat berlalu.

Tanpasempat dirandai senja,
Tirai malam berlabuh
Lalu terhias bintang dan bulan
Sedang aku masih merindui senja.

Senja yang dirindui di bumi Batu Rakit,
Senja sederhana tanpa mentari merah,
Tanpa kermizi senja yang selalu diiramakan,
Cuma senja yang indah
Di sebuah pondok kecil
Tepi sawah
Tepi sebuah telaga lama.

Tanpa sempat menyantuni pawana,
Cengkerik mulai menyanyi,
Dan nyamuk paya berdengung minta nyawa,
Lalu tertinggal senja tanpa terkecap.

Perdesaan kecil di hujung sawah,
Tersorot dengan kereta tayar dua,
Rumah yang rapat di gigi jalan,
Seolah merenyuk ruang tanah,
Yang kian sempit tanpa ruang.

Sahabatku yang demam itu,
Dikendong dengan kereta tayar duaku yang tua
Menyorot jalan berselirat senja itu.
Aku genggam tangannya yang sejuk,
Mukanya tertangguh pada belakangku.
Kesian sahabatku.

Senja itu tidak berulang,
Namun mentari masih sama.
Kermizi merahnya sama.
Pandanglah senja yang tertinggal,
Di situ ruang persahabatan,
Tidak terkosong lagi. 

Nurhafizu Adha
Senja 19 November 2013

Kuala Krai. 

No comments:

Post a Comment