Thursday, 21 November 2013

Kita Berpaling Namun Tidak DIA

Allah, adalah Pemilik dan Tuan Empunya Segalanya, yang kita sangka adalah milik kita. Banyak ketikanya, kita leka dengan pinjamanNya, dan pemberianNya. Namun, Allah tidak murka, bahkan sentiasa menambahkan nikmatNya buat kita. Semakin hari, semakin dewasa usia kita, dirasakan banyak impian kita yang tidak terpenuhi. Kita berdoa, dan meminta kepada Allah, namun Allah seakan enggan melunaskan impian kita. Lalu kita berpaling dari Allah, meninggalkan suruhan, memakai larangan sebagai perhiasan, seakan merajuk dengan Allah, membalas dendam atas Allah yang tidak memakbulkan doa kita. Siapakah kita untuk melakukan sedemikian? Allahu robbi, ampunkan dosa-dosa kami.

Di alam fana ini, kita semakin tamak. Kita membelenggu dunia dengan iri hati, dan dengki, sehingga dunia bermandi darah. Kita banyak meminta, namun kita jarang bersyukur. Kita berpaling dari Allah, namun Allah tidak murka, bahkan Allah hamparkan keampunanNya, dan kemurahanNya untuk kita hampiri. Allah tidak melupakan kita, walau sedetik, bahkan sentiasa dekat dengan kita, sungguhpun kita sering ingin menjauhkan diri dariNya. Lihatlah mereka yang kejam itu, mereka memusnahkan agama mereka, mereka lemas dalam nafsu, mereka berprasangka buruk dengan Allah. Namun, udara siapa yang mereka hirup? Air siapa yang mereka minum? Jasad mereka, siapa yang menciptanya? Darah di dalam pembuluh itu milik siapa? Dan, jantung yang berdegup itu, tanpa henti atas arahan siapa? Saudaraku, usahlah berusaha untuk menjauhi Allah, sedangkan kita berhutang denganNya. Allah, ampunkan kami, redhalah dengan kami, maafkan kelemahan kami. Allah...

Ya Allah, dalam jutaan doaku, semuanya telah Dikau makbulkan. Dikau telah kirimkan kejayaan buat diriku. Dikau kuntumkan kebahagiaan di dalam hidupku. Dikau telah mewangikan jiwaku dengan hidayahMu. Dikau telah mengurniakan daku sebuah keluarga yang memahami. Telah Dikau jua hadiahkan daku sahabat-sahabat yang amat baik. Dan, kesihatan ini amat diriku hargai. Namun, satu daripadanya, aku masih sabar menunggu. Hari demi hari, zikir demi zikir, sujud demi sujud, dan air mata yang mengalir di pipi ini tandanya aku masih setia menunggu dimakbulkan hasratku yang satu itu. Entah bila, mungkin esok, atau lusa, atau mungkin jua di akhirat kelak, aku akan sabar menanti. Allah, sekiranya Dikau telah tetapkan usiaku berakhir sebelum musibah itu terangkat, maka dengan kerendahan hati ini, daku berharap matikanlah diriku dalam iman, dalam ketaqwaan, dan perasaan takut kepadaMu. Allah, sekiranya usiaku dipanjangkan untuk diampunkan dosaku dengan bebanan musibah ini, maka daku redha, dan akan daku tempuhinya dengan sedaya upaya. Namun, alangkah indahnya jika Rasulullah datang memelukku dan mengungkapkan kata semangat agar dapat daku tempuhinya dengan kuat. Pada dada Rasulullah ingin daku hempaskan air mata, daku ingin luahkan bahawa daku takut dengan dunia ini.

Allah, ampunkan kami. Kami mengharapkan ampunanMu, keredhaanMu, dan belas kasihanMu. 



No comments:

Post a Comment